Apa yang menyeramkan? Ditinggal sendirian dengan memendam penyesalan? Atau hidup dalam penderitaan yang tak berujung? Tema itulah yang diangkat oleh game Fatal Frame II.
Masih ingat tentang game Fatal Frame yang pernah di bahas oleh Dingo beberapa waktu lalu? Kali ini Dingo kembali hadir membawa hadir dengan membawa Fatal Frame II sebagai topik review retrospective mengingat Fatal Frame V yang akan rilis pada Oktober tahun ini. Yuk mari kita bahas bersama sama~
Judul Legendaris dari Fatal Frame
Fatal Frame II merupakan judul kedua dari seri game Fatal Frame. Meski begitu, cerita yang diangkat dalam game ini bukanlah kelanjutan dari judul pertama. Cerita dalam game ini berdiri sendiri dengan masih mempertahankan elemen gameplay yang sama dengan game sebelumnya.
Fatal Frame II di produksi dan dirilis pertama kali oleh Tecmo untuk PS2 pada tahun 2003 di Jepang. Selain PS2, game ini juga dirilis kembali pada XBOX disusul dengan PSN di tahun 2013 sebagai bagian Playstation classic.
Sangking populernya, game horor ini juga sempat mengalami remake yang dirils pada konsol Nintendo Wii pada tahun 2012 dengan judul yang berbeda yaitu Fatal Frame : Deep Crimson Butterfly.
Selain grafis, perbedaan yang muncul dalam tiap konsol yang dirilis adalah konten cerita yang mereka tawarkan.
Dalam retrospective review kali ini, Dingo akan membahas game Fatal Frame II yang dirilis pada konsol PS2.
Sepasang Kembar dan Masa Lalu
Fatal Frame II dibuka dengan sepasang saudara kembar bernama Mio dan Mayu Amakura yang bermain di sebuah hutan didekat rumah mereka saat liburan musim panas.
Kedatangan mereka kesana bukannya tanpa alasan. Mereka datang setelah mendengar berita bahwa tempat biasanya mereka bermain bersama ayah mereka sewaktu kecil pelan pelan tenggelam oleh air danau yang semakin lama semakin naik ke permukaan.
Tiba tiba saja Mayu sang kakak berdiri, mengejar seekor kupu kupu berwarna merah masuk kedalam hutan. Berjanji bahwa dia tidak akan meninggalkan saudara kembarnya begitu saja, Mio pun mengejar.
Saat masuk kedalam hutan, kepala Mio di ganggu oleh serentetan adegan kejadian yang tidak pernah ia ingat.
Ketika Mio sadar, kakinya sudah menapak sebuah desa yang asing yang di selimuti oleh kegelapan yang kekal.
Melihat jejak sang kakak didalam desa itu, sang adik memutuskan untuk berkeliling desa misterius itu untuk mencari kakaknya.
Singkat cerita, Fatal Frame II masih menyimpan elemen cerita yang sama dengan judul pertama. Seorang kakak beradik yang terjebak di sebuah tempat dengan serangkaian kejadian supernatural dengan membawa kamera sebagai satu satunya alat pertahanan.
Tapi berbeda dari game sebelumnya yang terkesan menggunakan Hinasaki bersaudara sebagai plot device semata, tali persaudaraan diantara mereka menjadi central utama dalam konflik di kisah Fatal Frame II.
Sebenarnya menjadikan karakter utama sebagai penonton dalam sebuah cerita besar yang terjadi disekelilingnya tidak lah salah.
Tapi Dingo lebih suka jika kita mendapat alasan kuat mengapa Dingo harus peduli dengan tokoh utama terutama dalam game horor yang sedang kita mainkan agar Dingo mau menyelesaikan gamenya.
Secara keseluruhan, konflik dan plot twist cerita yang mematahkan hati di Fatal Frame II di kemas secara rapi dan cukup detail jika kamu mau membaca catatan yang akan kamu temukan sepanjang permainan.
Selamatkan Saudarimu Dari Mereka
Gameplay Fatal Frame II tentu tidak jauh berbeda dari judul sebelumnya. Menjelajahi map dengan Third Person Fixed Camera Angle, mencari informasi dari dokumen yang tersebar di penjuru desa, menyelesaikan puzzle dan Kamera Obscura memotret hantu.
Tentu saja ada improvement dalam segi gameplay, pertama adalah map level yang kini jauh lebih besar dan variatif dari judul sebelumnya.
Kedua Puzzle yang lebih variatif pula dan Inventarisir item yang lebih rapi terkait catatan catatan yang mengingat karakter atau tempat tertentu.
Ketiga dan yang terakhir adalah perubahan sistem Kamera Obscura sendiri salah satunya adalah Shutter chances.
Sekarang Shutter chances, alias tembakan kuat dari Kamera Osbcura untuk memotret hantu, akan aktif jika jarak dirimu dan musuh berada di titik tertentu. Jadi kamu harus menggerakan cusor kamera obscura mu untuk mendapatkan posisi yang tepat selayaknya kita sedang mengatur kamera didunia nyata.
Selain itu, kamu juga bisa menganti lensa di kamera Fatal Frame mu untuk memberikan efek yang berbeda kepada musuh. Seperti membekukan musuh atau menambah kekuatan potret an kamera mu.
Sistem ini memang ribet dari Fatal Frame pertama, tapi menambah elemen baru dalam permainan. Yang mana kita sebagai player diharus kan untuk pintar mengatur strategi setiap kali melawan hantu.
Musik Ending yang Legendaris
Visual dari game ini tidak jauh berbeda game horror PS2 pada zamannya. Atmosifr dan Hantu dalam game ini juga masih nampak masih menyeramkan. Voice acting dalam game ini juga jauh lebih baik dari pada judul pertama. Untung saja game ini tidak terlalu gelap seperti game sebelumnya.
Lalu meski Dingo sendiri tidak terbiasa dan sebagai seorang yang hobi menggambar. Fixed camera angle dalam game ini memberikan efek kamera yang indah di setiap sesi Dingo menjelajahi desa.
Sekali lagi musik didalam game ini nyaris tidak ada sama sekali. Satu satunya musik yang Dingo selalu sukai dalam game ini adalah Ending song yang dinyanyikan oleh penyanyi legendaris Tsukiko Amano berjudul ‘Cho’.
Kesimpulan
Game Fatal Frame II banyak memperbaiki beberapa masalah yang dialami oleh Fatal Frame pertama. Baik dari segi gameplay, visual maupun alur cerita.
Cerita yang sangat menyentuh inilah menjadi salah satu alasan banyak yang mengatakan bahwa Fatal Frame II merupakan judul Fatal Frame yang terbaik yang pernah ada. Ini dibuktikan bahwa judul game ini masih menjadi topik perbincangan diantara para pencinta game horor di seluruh dunia.
Bagaimana? Tertarik untuk memainkan masterpieces game horor dikonsol PS2 ini? Kamu bisa membeli nya secara legal melalui PSN kok.
Semoga suka dengan gamenya ya! Akhir kata sampai jumpa di review Retrospesctive dari Dingo berikutnya ya!
Comments
Loading…