in

5 Kontroversi Terbesar Jagat Gaming pada Tahun 2021

Gaming Controversies Cover

Pada tanggal 18 Januari 2022, salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia, Microsoft berhasil mengakuisisi Activision Blizzard dengan harga US$70 Miliar. Activision Blizzard juga diketahui memiliki banyak kontroversi pada tahun lalu.

Activision Blizzard adalah salah satu contoh perusahaan di industri game yang mendapati kontroversi. Bermula dari pelecehal seksual hingga ketidakmampuan mereka untuk memenuhi janji pada konsumen.

Berikut pembahasan beberapa kontroversi yang ada di jagat gaming pada tahun 2021. Beberapa diantaranya adalah masalah dalam perusahaan, komunitas, hingga game yang diluncurkan.

Pelecehan Seksual di Activision Blizzard

Gaming Controversies Activision Blizzard

Tahun 2020an mungkin bukan era yang baik untuk Activision Blizzard. Perusahaan yang membuat game FPS kompetitif Overwatch ini mengalami beberapa masalah besar.

Pada awal tahun 2020 lalu, Activision Blizzard merilis Warcraft III: Reforged. Game ini merupakan remaster dari game klasik merek Warcraft III, namun aset Reforged tidak jauh berbeda dari Warcraft III Classic.

Satu tahun kemudian, Activision Blizzard terkena beberapa masalah baru. Diantaranya adalah tuduhan dari karyawan yang sudah tidak lagi bekerja dan juga yang masih aktif di perusahaan itu.

Tuduhan-tuduhan seperti pelecehan seksual yang terjadi di kantor Activision Blizzard. Seorang pekerja di kantor Activision Blizzard tidak diterima aduannya oleh HR. Divisi SDA mereka diduga mencoba untuk menutup-nutupii kasus, seperti memusnahkan barang bukti laporan karyawan mereka.

Keadaannya ini diperparah dengan CEO Activision Blizzard, Bobby Kotick, yang terkesan tidak perduli. Hal ini menyebabkan perusahaan lain menjadi enggan bekerja sama dengan Activision Blizzard.

Beberapa perusahaan yang menolak untuk bekerjasama dengan Activision Blizzard diantaranya adalah Sony dan Lego. Sony memikirkan kembali kontrak kerjasama, dan Lego menahan rilis set Lego Overwatch 2 mereka.

Riot Games dan Lingkungan Kerja yang Toxic

Gaming Controversies Riot

Perusahaan asal Amerika Serikat lainnya yang mendapati kontroversi tahun lalu adalah Riot Games. Pengembang dari game-game populer seperti League of Legends dan Valorant ini juga terlibat banyak kasus pelecehan seksual.

Cukup mirip dengan kasus-kasus yang melibatkan Activision Blizzard, beberapa karyawan Riot melaporkan kejadian pelecehan seksual yang tejadi di kantor mereka. Tidak sebatas itu, banyak juga kejadian diskriminasi atas dasar gender dalam perusahaan ini.

Karyawan wanita sering melaporkan kejadian yang melibatkan rekan kerja laki-laki mereka berlaku tidak senonoh di lingkungan kerja. Pada akhir tahun 2021, Riot Games memilih untuk berdamai dengan korban-korban dan membayarkan denda sebesar US$ 100 Juta atau sekitar IDR 1.5 Triliun.

Battlefield 2042 Tidak Sesuai Ekspektasi

Gaming Controversies Battlefield

Serial FPS populer Battlefield 2042 mungkin salah satu game yang paling ditunggu-tunggu pada tahun 2021. Game FPS ini juga bersaing ketat dengan serial FPS lainnya, Call of Duty sejak dekade lalu.

Namun yang mengecewakan bagi penggemar game Battlefield mungkin buruknya kualitas game yang keluar beberapa waktu lalu. Battlefield 2042 memiliki banyak bug, masalah performa, dan respon dari developer yang minim.

Dimulai dari bug, mungkin hal ini akan sering ditemukan dalam game yang berukuran besar, namun bagi perusahaan besar, ini bukanlah alasan baik. Ketika konsumen membayarkan sejumlah uang, mereka berhak memiliki game dengan kualitas terbaik.

Masalah performa yang sering ditemukan oleh pemain dikarenakan ukuran peta yang raksasa. Dalam satu game, total pemain dalam peta tersebut bisa mencapai 128 pemain sekaligus. Hal ini bisa menyebabkan macetnya performa game, mengurangi kenyamanan pemain.

Dan keluhan lainnya adalah kurangnya respon developer terhadap keluhan pemain. Update untuk game sebesar ini dengan bug yang cukup banyak dianggap terlalu minim. Ini juga ditambah masa liburan natal dan tahun baru di Amerika Serikat pada Desember lalu.

Halo Infinite dan Kosmetik Mahal

Gaming Controversies Halo

Game Halo adalah salah satu game paling populer di jagat gaming. Dahulu serial game ini hanya bisa ditemukan di konsol eksklusif Microsoft, XBOX. Namun sekarang pemain bisa memainkan Halo Infinite secara gratis melalui Steam.

Lalu, apakah yang jadi masalah dari game ini? Halo Infinite diterima baik oleh penggemar lama, juga mampu menggaet penggemar baru yang belum pernah memainkannya di XBOX. Masalahnya bisa ditemukan di kosmetik yang pemain bisa gunakan untuk karakter mereka.

Karena game gratis tidak sepenuhnya gratis, pasti ada cara bagi perusahaan untuk mencari keuntungan. Baik itu dari sistem gacha atau kosmetik, seperti yang dilakukan Microsoft pada Halo Infinite.

Diantara hal yang sering dikeluhkan pemain adalah mahalnya kosmetik yang bisa dibeli di game. Memang kosmetik tidak akan merubah kemampuan bermain pemain, namun menggunakan karakter dengan warna default bisa menjadi membosankan setelah beberapa jam bermain.

Yang menjadi bahan lelucon adalah mahalnya helm telinga kucing yang cukup mahal. Kosmetik ini mengharuskan pemain membayar US$ 10 atau sekitar IDR 150.000.

Rilis Five Nights at Freddy’s: Security Breach

Gaming Controversies FNAF

Scott Cawthon menjadi sangat terkenal karena serial gamenya Five Nights at Freddy’s yang pertama dirilis pada tahun 2014. Kini menjadi waralaba, membuat 8 game utama serta adaptasi film Hollywood yang masih belum diketahui kabarnya.

Cawthon sejauh ini mendapatkan review yang cenderung bagus dari penggemar serial gamenya. Namun dalam game terbarunya, ada banyak perubahan seperti format game yang berubah drastis dari gaya point and click game lainnya.

FNaF: SB kini memiliki sudut pandang pertama, cukup mirip dengan FPS dan gameplay yang sangat mirip dengan Alien: Isolation. Namun yang membedakan adalah minimnya unsur horor dalam Security Breach.

Serial FNaF yang dikenal horor dengan estetika analognya kini memiliki gaya game yang sangat konyol. Penggemar FNaF yang memang kebanyakan anak-anak kini disajikan konten yang cenderung terlalu kekanak-kanakan.

Kontroversi pertama adalah warna yang cerah, karakter yang cukup lucu, dialog yang memiliki unsur komedi, serta banyak hal lainnya. Tapi yang membuat pemain cukup geram adalah gamenya yang terkesan belum selesai.

Steel Wool, developer dari Security Breach adalah tim yang cukup kecil, mereka sudah delay game ini beberapa kali. Ini jelas karena mereka belum siap untuk merilis game mereka, tapi ini adalah hal yang jarang bagi Cawthon.

Cawthon, lebih sering merilis game lebih awal daripada pengumumannya. Game yang dirilisnya juga cukup solid, walau hanya seorang diri, kemampuannya membuat game sangat terlihat.

Kini, banyak video di situs video YouTube, gamer menyelesaikan game yang rata-rata diselesaikan dalam 10 jam, bisa diselesaikan dalam kurang dari 5 menit.

Written by Roux

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Loading…

0
Spoiler-4-Plot-Twist-Terbaik-dalam-Resident-Evil

Spoiler! 4 Plot Twist Terbaik dalam Resident Evil

6-Karakter-Resident-Evil-yang-Wajib-Kembali-Eksis

6 Karakter Resident Evil yang Wajib Kembali Eksis!