Immersive Sim adalah genre game yang membuat pemain seolah hidup di dalam game tersebut. Pilihan-pilihan dalam game akan memiliki konsekuensi bagi pemain yang nantinya akan memiliki pengaruh pada akhir cerita.
Game-game yang bisa dikategorikan sebagai “Immersive Sim” juga tidak terlalu banyak, namun pengaruhnya cukup besar dalam dunia game. Beberapa game ini akan kita bahas dari segi gameplay, seberapa imersifnya, serta apa yang bisa diekspektasikan di masa depan.
Berikut pembahasan game immersive sim, sejarah singkatnya, dan apa yang membuat game-game ini menarik untuk dimainkan.
Sejarah Singkat
Menurut Warren Spector, kepala pengembang dari game Deus Ex, game Immersive Sim pertama adalah Ultima IV: The False Prophet. Untuk game yang dirilis pada tahun 1992, Ultima memiliki kemampuan yang cukup baik untuk mensimulasikan konsekuensi untuk pemain.
Lalu ketika Deus Ex dirilis pada tahun 2000, standar game immersive sim berubah total. Pemain tidak hanya bisa merasakan apa yang dirasakan oleh karakter dalam game, tetapi juga merasakan konsekuensi dari perbuatan mereka.
Andai pemain membunuh orang-orang tertentu, maka akan ada akibatnya. Baik mempengaruhi ending game, perilaku karakter lain dalam game, maupun kondisi dan atmosfer. Hal ini bisa terlihat jelas di game Dishonored.
Game Immersive Sim
Apakah game-game ini hanya sebatas konsekuensi maupun berubahnya akhir dari game, atau ada elemen-elemen lain? Tentu ending dan atmosfer bukanlah hal yang bisa dijadikan fokus utama genre game ini.
Hal ini hanya bisa dijawab dengan mengambil contoh game-game yang sudah ada. Diantaranya adalah Deus Ex, System Shock, Dishonored, dan Prey. Pembahasan ini mengandung sedikit spoiler untuk game-game tersebut.
Deus Ex
Dalam Deus Ex (2000) pemain berperan sebagai JC Denton, seorang anggota penegak hukum yang juga menggunakan augmentasi tubuh. Menggunakan augmentasi ini, pemain bisa mencari upgrade dari setiap level dan mempermudah permainan mereka.
Pertama-tama, dalam Deus Ex, setelah pemain membuat karakter JC Denton, pemain langsung berada di dalam misi. Dalam misi tersebut, pemain harus menggunakan skill dan parameter yang mereka pilih untuk mencari solusi.
Namun, sayangnya beberapa hal ini tidak diimplementasikan dalam game-game terbaru dalam franchise ini. Dalam Deus Ex: Human Revolution dan Mankind Divided, beberapa hal dipangkas dari konsep game pertamanya.
Dalam Deus Ex, pemain bisa saja memilih untuk mendobrak sebuah pintu jika tidak mau membuka kunci dengan lockpicking atau mencari kunci. Selain itu, pemain secara teknis bisa saja menyelesaikan game tanpa membunuh siapapun.
Dishonored
Dalam Dishonored, pemain bermain sebagai assassin bernama Corvo Attano. Jika pemain memilih untuk membunuh target mereka, perbuatan ini akan memperburuk wabah yang ada di Dunwall. Begitu juga pada game sekuelnya, Dishonored 2.
Kedua game ini memberikan kebebasan yang cukup luas untuk pemain. Tidak hanya pilihan biner, tetapi juga berbagai cara untuk mencapai tujuan. Pemain bisa memanjat gedung untuk mencapai tujuan mereka, menembus pleton musuh, atau mencari informasi agar musuh tidak mengejar pemain.
Arkane, perusahaan yang membuat serial Dishonored juga merilis game terbaru mereka, Deathloop. Game ini juga termasuk Immersive Sim, dan juga memiliki beberapa elemen yang mirip dengan Dishonored.
Prey
Lalu, Prey adalah game Immersive Sim yang dikatakan sebagai kembalinya genre tersebut di gaming modern. Dalam Prey, ada banyak sekali cara yang bisa dilakukan pemain untuk menyelesaikan game.
Di Dishonored, pemain diberikan pilihan untuk tidak menggunakan powers, sehingga mempersulit game. Namun, no powers mode ini bisa memberikan pengalaman bermain yang sangat berbeda dengan memaksa pemain mencari solusi yang praktis.
Hal ini tidak diberitahukan secara eksplisit di Prey. Pemain tidak diberikan pilihan biner, namun ada tingkatan dimana pemain bisa menggunakan powers mereka. Jika pemain memilih untuk tidak memakai sama sekali, maka akan memberikan dialog yang berbeda di akhir game.
Konklusi dan Ekspektasi
Kini, banyak game baru yang menggunakan formula immersive sim walaupun bukan genre utama game mereka. Diantaranya adalah Baldur’s Gate 3 dan Deathloop, kedua game ini tidak memiliki gameplay yang linear.
Baldur’s Gate 3, yang juga dikembangkan oleh Larian Games, mengambil banyak elemen gameplay dari game papan klasik, Dungeons & Dragons. Dalam game ini, ada banyak cara untuk melakukan satu hal.
Maka, dekade 2020 bisa disebut sebagai masa kembalinya game-game immersive sim. Oleh karena itu, game-game ini bisa merubah gaming di masa yang akan datang.
Comments
Loading…