in ,

Game God of War (2018), Alasan Kenapa Kamu Harus Main

Game God of war

Untuk menyambut God of War: Ragnarok yang akan rilis tahun depan, ada baiknya kita mengulas ulang dan juga aku akan memberikan alasan kenapa game God of War sangat perlu untuk dinantikan? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.

Pada tahun 2005, Sony Interactive Entertainment menemukan tambang emas yang diberikan judul God of War, menceritakan tentang seorang mantan tentara Sparta, atau lebih sering dikenal sebagai Spartan bernama Kratos.

Pada waktunya, God of War dikenal sebagai game yang cukup sadis, dikarenakan memperlihatkan Kratos membunuh musuh-musuhnya dengan cara yang sangat brutal dan “kreatif”, diantaranya menikam Ares dengan jembatan yang berbentuk seperti pedang.

Serial God of War berlanjut hingga dekade berikutnya, Sony merilis God of War 2 (2007) di PS2, lalu God of War 3 (2010) dan serta God of War Ascension (2013) di PS3.

Diantaranya, juga ada God of War: Chains of Olympus (2008) dan God of War: Ghost of Sparta (2010) di PSP. Dan menurutku, jagat gaming diguncang dengan kedatangan God of War (2018) yang juga dinobatkan sebagai Game of the Year oleh banyak outlet, dan jujur saja aku juga setuju.

Tidak hanya dengan gameplay dengan sudut pandang kamera yang berubah, Kratos juga berubah secara karakter. Ketika dari game-game sebelumnya ia digambarkan sebagai om-om galak yang haus darah, sekarang dia adalah seorang ayah untuk seorang anak bernama Atreus.

Selain itu, setting yang sebelumnya adalah Yunani kuno, sekarang Kratos berada di daerah Nordik–sekitaran Swedia, Norwegia, dan sekitarnya–yang identik dengan budaya Viking kuno.

Petualangan Kratos kini dihadang oleh dewa-dewa Nordik kuno, ketika di game sebelumnya oleh Zeus, raja para dewa Yunani, kini dia dihadang oleh Odin Allfather, raja para dewa Nordik.

Baca juga:  Download Game Fatal Frame : Melawan Hantu dengan Kamera

Agar tidak terlalu terlalu panjang, yuk kita lihat alasan-alasan kenapa kalian harus mengikuti petualangan Kratos di God of War (2018) setidaknya satu kali, waspada spoiler ya…

Sistem game yang berubah dari game-game sebelumnya

game god of war over the shoulder camera

God of War (2018) merubah formula mereka cukup banyak, yang paling adalah ceritanya yang lebih dramatis ketimbang game-game sebelumnya.

Game-game terdahulunya lebih fokus pada chaos

dan kehancuran yang terjadi karena Kratos, gedung hancur, orang-orang tidak bersalah mati, dan juga dewa-dewa Yunani yang dibunuh secara cukup sadis.

Dalam game God of War (2018), dengan sudut kamera over-the-shoulder atau di balik pundak, pemain akan merasakan ketegangan yang berbeda dari game sebelumnya yang merupakan top down atau kamera dari atas.

Penulisan dan pengembangan karakter yang sangat baik

game god of war Kratos vs Baldur

Kratos dulu aku kenal sebagai seorang mantan Spartan yang gila akan perang dan haus darah, ketika dia menduduki tahta Ares sebagai dewa perang-pun dia jadi lebih haus darah. Atau singkatnya, Kratos di game-game sebelumnya adalah om-om galak.

Kini dia memiliki peran sebagai seorang ayah di tanah asing, Kratos ingin melupakan masa lalunya yang dipenuhi dengan kekerasan dan kematian. Pada awalnya, dia mencoba mendidik Atreus dengan cara yang keras, namun seiring cerita, dia akan menjadi lemah lembut.

Atreus pada awal cerita digambarkan sebagai bocah yang sok tahu, beberapa kali dia menunjukkan kalau dia tidak bisa mengontrol emosinya, kadang meluapkan kemarahannya pada Kratos maupun orang lain. Pada akhirnya, dia memiliki disiplin serta menunjukkan kecerdikannya pada ayahnya.

Baca juga:  Resident Evil : Chronicles (Wii) - Sebuah Kompilasi

Penulisan karakter yang baik tidak hanya bisa kita temukan pada kedua karakter utama. Para antagonis seperti Baldur dan kedua anak Thor, Magni dan Modi, juga memiliki penulisan karakter yang bagus.

Mimir, sang jenius yang kepalanya tergantung di sabuk Kratos juga memiliki karakter yang menarik, dia kadang bercanda dan bercerita mengenai mitologi Norse pada kedua protagonis. Karakter-karakter ini hanyalah beberapa dari contoh penulisan yang bagus.

Pertarungan Kratos yang tidak kalah serunya dengan game-game sebelumnya

Berbeda dengan game-game sebelumnya, dimana Kratos memiliki jumlah senjata yang banyak, di God of War (2018), Kratos hanya dapat menggunakan 2 jenis senjata, yakni Leviathan Axe yang merupakan peninggalan istrinya, serta Blades of Chaos yang menjadi senjata andalannya.

Intensitas dari pertarungan Kratos jadi lebih terasa, terutama boss fight yang sering ditemukan. Dari pertarungan melawan “The Stranger” yang nantinya dikenal sebagai Baldur. Serta rematch melawan dia, atau ketika melawan naga Hraezlyr di tambang dwarf yang sudah terbengkalai.

Pertarungan dengan Baldur, yang terjadi beberapa kali sepanjang game akan terus memaksa pemain untuk menggunakan skill dan senjata yang Kratos miliki.

Semua trik dan skill pemain temukan selama memainkan game akan diuji ketika harus menemukan seluruh Valkyrie, bertarung melawan mereka yang memiliki kemampuan berbeda-beda, hanya untuk melawan boss opsional paling sulit dalam game, Sigrun.

Moral cerita dan filosofi yang menarik Game God of War

game god of war Hraezlyr

Dan ini bagian favoritku, moral cerita dan filosofi. Serial God of War mungkin agak sedikit dalam filosofinya, tapi terkecuali game ini, moral cerita dan filosofinya sangat berlimpah. Aku akan jelasin sedikit nih, gaes.

Untuk menjadi manusia yang lebih baik, Kratos memilih untuk melepaskan sisi dewanya, itupun yang dia coba ajarkan pada Atreus. Namun, pada kenyataannya, Kratos harus menerima kedua sisi dirinya tersebut, dan hal tersebut yang harus ia ajarkan pada Atreus.

Baca juga:  Orc Massage: Panti Pijat di Dunia Fantasi (18+)

Cerita game God of War ini ada fokus pada cara didik Kratos dan Witch of the Woods yang nanti dijelaskan bahwa dia adalah Freya, juga dikenal sebagai Frigg, istri dari Odin. Kratos dan Freya sangat mengekang Atreus dan Baldur, yang tujuannya untuk melindungi malah merusak mereka.

Atreus ketika masih kecil suka sakit-sakitan, hal ini terjadi karena Kratos menutup-nutupi sisi dewanya, membuat anaknya berpikir bahwa dia adalah seorang manusia.

Freya membuat Baldur tidak bisa mati, namun sisi sampingnya dia tidak bisa merasakan apa-apa. Tidak bisa merasakan sakit, namun Baldur juga tidak bisa merasakan makanan atau minuman, sehingga membuat dia hilang akal.

Penutup

Nah, sekian ulasan God of War (2018) dari aku, semoga membuat kalian jadi tertarik dengan game ini ya. Memang sudah lama keluar, tapi bagi yang belum pernah coba main atau nonton, aku sangat merekomendasikan game ini.

 

Written by Roux

Leave a Reply

Dingo Indonesia, Sebuah Komunitas Hobi dan Wadah Kreativitas

Review Game Atelier Online

Game Atelier Online: Review Game Smartphone Menggemaskan