in ,

Arcane League of Legends: Sebuah Adaptasi Mahakarya

Arcane Cover

Arcane League of Legends adalah serial animasi yang dirilis dan dikembangkan oleh Netflix. Serial animasi ini merupakan kolaborasi dengan Riot Games, perusahaan game yang dikenal dari game-game populer mereka, League of Legends dan Valorant.

Dalam serial yang terdiri dari 9 episode itu dirilis pada 6 November 2021, dan tidak lama setelah itu banyak review yang mengatakan bahwa Arcane adalah sebuah adaptasi yang patut disebut mahakarya.

Berikut pembahasan serial Arcane, mulai dari unsur artstyle, kualitas pengisi suara, cerita yang disajikan, dan musik yang digunakan. Sebuah amalgamasi dari beberapa cabang seni yang menjadi satu untuk menciptakan mahakarya animasi ini. Mengandung spoiler untuk 9 episode Arcane.

Kualitas yang sangat tinggi

Riot Games bukanlah perusahaan yang membuat animasi dari Arcane. Studio asal Perancis bernama Fortiche adalah yang perlu diberikan acungan jempol. Fortiche juga berjasa dalam menganimasi video musik K/DA mulai dari POP/STARS hingga MORE.

Gaya animasi mereka juga terlihat di Arcane, dari pilihan warna, hingga pergerakan karakter. Tidak hanya animasi, Arcane juga memiliki talenta musik dari Imagine Dragons dan juga Denzel Curry.

Arcane Vi

Arcane memiliki gaya seni yang cukup mirip dengan video musik K/DA, idol group virtual yang debut pada tahun 2018. Begitu juga True Damage, rap group virtual yang diketuai oleh Akali dari K/DA. Shading dan pilihan warna mereka sangat mirip, memberikan kesan seperti komik.

Penonton juga bisa menarik persamaan gaya seni Arcane dengan film Spider-Man: Into the Spider-Verse, sebuah film animasi buatan Sony yang rilis pada tahun 2018. Kedua media ini memiliki shader yang cukup unik sehingga sangat menarik perhatian.

Dalam beberapa episode, terutama setelah episode 3, kondisi psikis dari Jinx divisualisasikan dengan cara yang cukup menarik. Tulisan yang seperti ditulis tangan akan muncul pada layar, memberikan gambaran apa yang dipikirkan oleh Jinx.

Baca juga:  Behind The Frame: Sebuah Cerita Dibalik Lukisan

Seperti suara batinnya, Jinx yang sudah mengalami mania dalam pikirannya mendengar suara teman-temannya yang sudah wafat. Tulisan yang muncul bisa berupa “Vi”, nama kakak kandungnya, bergerak-gerak memberikan kesan tidak stabil.

Ada beberapa titik dalam serial Arcane dimana artstyle berubah untuk menekankan suasana dan ketegangan dalam situasi tersebut. Ini sangat terlihat dalam episode 7, ketika Ekko harus menghadapi Jinx.

Pengisi Suara

Kebanyakan aktor yang mengisi suara karakter di Arcane sangat cocok dan cukup bisa dipercaya. Yang cukup aneh menurut penulis adalah karakter utama, Vi, yang memiliki suara cukup tinggi.

Karakter Vi seperti yang ada di game League of Legends, digambarkan sebagai seorang mantan kriminal. Di Arcane, Vi adalah mantan narapidana penjara yang mematikan di Piltover, namun suaranya lebih tinggi daripada Vi di game LoL.

Suara dan karakter yang paling cocok mungkin Jinx, kegilaan yang digambarkan pada karakter dilengkapi oleh talenta suara Ella Purnell. Sedangkan, kakak dari Jinx, Vi memiliki suara dari Hailee Steinfeld.

Vi si kriminal, mantan narapidana, serta petinju yang lebih tinggi dan massa ototnya lebih besar dari kebanyakan karakter dalam Arcane memiliki suara yang cenderung tinggi. Hailee sendiri adalah aktor yang terkenal dari perannya di Pitch Perfect dan kini di Hawkeye.

Cerita

Arcane Jinx Older

Arcane memiliki cerita yang cukup orsinil. Seperti yang mungkin sudah diketahui oleh kebanyakan penggemar LoL, seperti game MOBA rivalnya DotA 2, memiliki cerita yang cukup ramping. Tidak terlalu banyak yang bisa digali.

Memang dahulu ada rumor dan teori bahwa Vi dan Jinx adalah kakak beradik, dan teori ini dikonfirmasi di Arcane. Kebanyakan cerita di Arcane juga menceritakan jalan yang sangat berbeda dari 2 saudari ini, cerita lama nature vs nurture.

Cerita dimulai dari masa kecil Vi dan Jinx, ketika mereka diselamatkan oleh seorang revolusioner bernama Vander. Vi, Powder–Jinx sebelum merubah namanya, Claggor, Mylo, dan Ekko menjadi anak angkat dari Vander.

Baca juga:  Inscryption Review: Lebih Dari Sebuah Game Kartu

Anak-anak ini lalu dilatih oleh Vander untuk bertarung. Vi dan Ekko diajarkan tinju, Powder dan Claggor menjadi mekanik, dan Mylo menembak. Vi dan Powder adalah 2 anak favorit Vander, mereka juga memiliki kemampuan dan talenta yang luar biasa.

Walaupun dirawat dan diajarkan oleh orang yang sama, Vi dan Powder memiliki karakter yang berlawanan. Vi sangatlah berani dan memiliki karisma seorang pemimpin, sedangkan Powder seringkali membawa “sial” sehingga dipanggil “Jinx” oleh Claggor dan Mylo.

Cerita Arcane bisa dibagi menjadi 3, yaitu sudut pandang Vi dan Caitlyn, Jinx, dan Jayce dan Viktor. Ketiga alur ini beberapa kali akan bertemu dan berinteraksi, dan kebanyakan darinya adalah konflik lebih lanjut.

Namun yang cukup disayangkan dari cerita Arcane adalah akhir dari episode 9 yang diakhiri dengan Jinx meluncurkan roket. Ini dilakukannya dengan tujuan untuk membunuh petinggi Piltover, menyebabkan kekacauan.

Tentu ini sering dilakukan oleh Netflix, membuat cliffhanger untuk meningkatkan minat penonton untuk menanti season berikutnya. Dan tidak lama kemudian, melalui media sosial League of Legends, mereka mengumumkan season 2 dalam tahap awal produksi.

Musik

Arcane Jinx

Musik dalam sebuah serial TV atau film itu bisa diibaratkan bumbunya. Tanpa musik ataupun score, film akan terasa sangat hambar. Musik bisa menggugah perasaan yang diinginkan oleh pembuat media, meningkatkan experience.

Lagu pertama yang penonton bisa dengar ketika memulai menonton Arcane adalah Enemy yang dibawakan oleh Imagine Dragons. Ini juga bukan pertama kalinya Imagine Dragons membawakan lagu untuk media League of Legends.

Lagu lain yang band asal Amerika Serikat ini juga pernah bawakan adalah Warriors, yang dibuat khusus untuk turnamen League of Legends. Lagu Warriors juga bisa ditemukan di serial Netflix lainnya, yaitu serial Korea Selatan Sweet Home.

Baca juga:  Link Main Game Doodle Champion Island dan Review

Yang cukup menarik dari Arcane adalah penempatan musiknya yang sempurna. Verse 2 Enemy bisa didengarkan di animasi judul Arcane, menggambarkan perasaan Jinx, yang tampil di title sequence, seolah dia sedang melawan dunia.

Musik juga tidak terasa disruptif selama 9 episode ini. Terutama pada episode 7, ketika Ekko duel dengan Jinx, musik dari Denzel Curry menambah ketegangan dan meningkatkan style scene ini pada level yang luar biasa.

Opini

Saat Arcane pertama dirilis, ada beberapa pendapat yang penulis miliki. Diantaranya adalah League of Legends bukanlah game yang pernah penulis mainkan, game buatan Riot Games yang pernah dimainkan hanyalah Valorant.

Hal ini sudah cukup diketahui komunitas gaming secara internasional, faktanya Riot Games adalah perusahaan yang memperlakukan karyawan mereka secara buruk. Ada beberapa artikel yang lebih mendalami kasus-kasus yang terjadi di Riot Games.

Diantara dari kasus-kasus ini adalah pelecehan seksual, suasana kerja yang toxic, serta karyawan perempuan tidak diperlakukan secara adil. Dikarenakan kasus-kasus ini, menonton Arcane akan terasa seperti mendukung perilaku Riot.

Terlepas dari kasus, memang Arcane sangatlah enjoyable, artstyle-nya yang sangat menarik, musiknya yang keren, dan juga cosplay-bait yang sangat kuat. Dikarenakan Arcane, ketertarikan pada League of Legends kembali meningkat.

Konklusi

Arcane adalah serial animasi yang dibuat dengan perhatian yang sangat tinggi pada detail. Sinergi yang mendekati sempurna bisa ditemukan di Arcane, dari desain visual, audio, cerita, dan karakter yang bisa menarik empati penonton.

Meski demikian, penulis sangat menikmati Arcane dan menanti bagaimana Netflix, Fortische, dan Riot membawakan season 2. Lalu melihat kembali Vi, Jinx, Ekko, dan karakter yang lain.

Written by Roux

Leave a Reply

Yandere Simulator Cover

Yandere Simulator: Cara Salah Membuat Game

Inscryption Cover

Inscryption Review: Lebih Dari Sebuah Game Kartu